Batak adalah suku yang memiliki tradisi
yang kuat dalam berprinsip dan berkeluarga, orang batak selalu peduli. Dibalik
setiap sifat yang keras dan suara yang lantang, sebenarnya suku batak
adalah suku yang memiliki segala keunikan.
Suku Batak memiliki
adat budaya yang baku yang disebut Dalihan Na Tolu yang dapat menembus
sekat-sekat agama/kepercayaan mereka yang dapat berbeda-beda. Adat budaya Batak
ini memiliki tujuh nilai inti yaitu kekerabatan, agama, hagabeon, hamoraan, uhum
dan ugari, pangayoman, dan marsisarian. Nilai kekerabatan atau keakraban berada
di tempat paling utama dari tujuh nilai inti budaya utama masyarakat batak.
Nilai budaya hagabeon bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu yang
banyak, dan baik-baik. Nilai hamoraan (kehormatan) terletak pada keseimbangan
aspek spiritual dan material yang ada pada diri seseorang. Nilai uhum (law)
mutlak untuk ditegakan dan pengakuaanya tercermin pada kesungguhan dalam
penerapannya dalam menegakan keadilan. Nilai suatu keadilan itu ditentukan dari
keta’atan pada ugari (habit) serta setia dengan padan (janji). Pengayoman
(perlindungan) wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat. Marsisarian
artinya saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.
Masalah ini sudah
terjadi 1 bulan belakangan ini, dan mulai terlihat keputusannya hari ini. Dalam
keluarga batak eratnya rasa kekeluargaan merupakan suatu aliran turun temurun
yang diturunkan dari nenek moyang ke setiap manusia yang dilahirkan dari suku
batak. Kekuataan itu kekeluargaan dalam satu marga baik terjadi baik dari satu
darah(kandung) maupun satu marga dari berbeda keluarga. Contoh saya bermarga
Gultom bila bertemu dengan marga Gultom dari berbeda keluarga tetap harus
dianggap sebagai satu Klan Gultom. Walaupun garis turunannya berbeda dengan
turunan saya dari Bapak. Ini harus dijaga sampai kapanpun, sampai akhir hayat.
Dan setiap orang
batak harus selalu melibatkan saudara-saudaranya yang masih ada dan sesepuh
untuk membantu dalam hal pernikahan. Sebenarnya tidak ada peraturan atau
anjuran untuk menikah dengan orang batak. Boleh mengambil suku lain selama
cocok dan memiliki satu tujuan baik. Tetapi biasanya jika lelaki bermarga batak
mengambil calon istri suku lain sudah sewajarnya calon istrinya diangkat dan diberikan
marga untuk bisa dimasukkan dalam garis kekeluargaan suku batak.
2.
MANGOKAL HOLI DALAM TRADISI SUKU BATAK TOBA
Indonesia memiliki
banyak sekali Budaya yang unik dan berbeda untuk setiap daerah. Indonesia yang
memiliki Kekayaan Budaya yang beragam dari sabang sampai merauke merupakan
suatu kebanggaan bagi kita. Dan kita sebagai penerus bangsa sudah sewajarnya
melestarikannya dan selalu mengabadikannya untuk anak cucu kita nanti, dan
mengenalkan kepada mereka identitas kita sebagai negara yang besar.
Dalam kesempatan ini
saya akan mengupas tentang salah satu Tradisi adat Batak toba yaitu Mangokal
Holi (menggali dan memindahkan tulang belulang leluhur) sebagai bentuk cagar
budaya, yang kita harapkan dapat menjadi sarana pelestarian budaya, agar kelak para
generasi penerus kita tidak kehilangan identitas bangsa kita tercinta ini.
Adapun Tradisi mangokkal
holi atau menggali dan memindahkan tulang belulang leluhur Bagi masyarakat
Batak Toba di Sumatra Utara, merupakan ajang untuk menghormati para leluhur.
Lewat mangokal holi juga, orang Batak Toba berharap mendapat limpahan berkat,
berupa banyak keturunan, panjang umur, dan kekayaan. Dan Mangokal holi juga
akan mengangkat martabat sebuah marga dengan menghormati orangtua dan para
leluhur. kuburan dan tugu leluhur yang megah nan indah. Semakin indah dan mahal
sebuah makam atau tugu, menjadi semakin jelas status Marga pemilik tugu
tersebut dan Semakin menambah gengsi.
Dalam upacara Mangokal
holi,Tulang-belulang para leluhur dari marga batak yang mengadakan acara
ini.Akan Menggali kembali kuburan para leluhur mereka yang dulunya dikuburkan
secara terpisah. Setelah tulang-belulang para leluhur mereka sudah dikumpulkan
dan dicuci bersih maka kemudian tulang-belulang para leluhur ini akan
dimasukkan kedalam kotak atau peti dan dikubur kembali dalam sebuah tugu
peringatan yang telah dibangun. Di Tugu peringatan inilah tulang-belulang para
leluhur yang mengadakan Mangokal Holi Tersebut telah disatukan.
Adapun prosesi dari
menggali tulang-belulang hingga di kuburkan kembali dalam Tugu. Biasanya bisa
memakan waktu berhari-hari dan butuh dana yang besar. Tapi walau melelahkan dan
butuh dana yang besar,bagi orang Batak biaya puluhan juta rupiah untuk membangun
tugu, sebanding dengan penghormatan bagi orangtua dan leluhur mereka.
Karena itu sudah tradisi
bagi mereka orang batak, yang telah mapan secara ekonomi, terutama yang
berhasil di perantauan, untuk menyisihkan uang, membangun kuburan bagi orangtua
mereka, dan tugu buat para leluhur.
Kenapa saya katakana
tadi butuh dana yang besar dan memakan waktu berhari-hari? Karena dalam
meresmikan tugu dan acara Mangokal Holi, harus diadakan adatnya sesuai dengan
adat batak. Dalam acara ini pun marga yang mangokal Holi tulang-belulang
leluhurnya harus menjamu seluruh keluarga besar dan tetangga kampung. Yang
dihidangkan, daging kerbau dan nasi. Jambar, berupa kepala dan buntut kerbau,
diberikan kepada hula-hula atau keluarga pihak istri, sebagai simbol
penghargaan buat yang paling tinggi.
Dan giliran pihak
hula-hula. Mereka memberikan ulos sebagai simbol penghargaan kepada leluhur.
Dalam masyarakat Batak, seseorang sudah punya posisi dalam keluarga besar,
begitu ia lahir. Dalihan Na Tolu, begitu istilahnya dalam bahasa Toba. Yang
paling dihormati adalah hula-hula atau keluarga pihak istri. Sementara dengan
dongan tubu atau saudara semarga, berarti posisinya sejajar. Dan boru yang
antara lain adalah saudara perempuan dan pihak marga suaminya, menempatkan
orang tersebut dalam posisi melayani. Tapi sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu
ini bukanlah kasta. Karena setiap orang punya kesempatan untuk ketiga posisi
tersebut. Ada saatnya menjadi yang dituakan, dan ada saatnya ia menjadi boru
yang harus melayani pihak hula-hula.
Penghargaan buat para
leluhur yang mengadakan Mangokal Holi, dari pihak hula-hula, dibalas pihak yang
Mangokal Holi dengan memberikan tandok. Ucapan terimakasih, berupa sejumlah
uang, yang diletakkan dalam tempat beras atau piring berisi beras dan daun
sirih.
Malam harinya, diisi
dengan kebaktian. Walau tradisi leluhur masih mereka jalankan, orang Batak Toba
juga kebanyakan adalah penganut agama Kristen dan Katolik yang taat. Sebuah
kontradiksi yang mungkin hanya bisa dipahami mereka.
Bunyi musik gondang
mengiringi acara Mangokal Holi tersebut. Dalam alunan musik khas Batak ini,
semua berharap, acara penguburan di tugu makam besok, mendapat restu dari
debata atau Tuhan dan leluhur.
Dan pada hari ritual
puncak mangokal holi akan berlangsung. Pagi hari, tiang borotan ditanam di
depan rumah leluhur. Tiang borotan ini semacam tiang pancang bagi hewan yang
akan dikurbankan. Di pucuk tiang, dipasang kain putih sebagai lambang kesucian.
Selain kain putih, juga
ada ulos pengiring. Maksudnya berkah akan terus mengiringi setiap keturunan.
Sementara daun silinjuang yang dipasang, bermakna, setiap generasi marga yang
mengadakan Mangokal Holi akan menang melawan musuh, dan mengalah terhadap
kawan.
Seekor kuda berwarna
hitam, yang disebut huda debata, atau kuda tuhan, menjadi simbol persembahan
buat Yang Maha Kuasa. Dan peti tulang-belulang para leluhur akhirnya
dikeluarkan, dijunjung diatas kepala para boru yang mengadakan Mangokal holi
dari yang paling tua dan yang bungsu.
Maka keluarga dan Marga
yang Mangokal Holi leluhurnya yang hadir akan menari marnortor, mengelilingi
tiang borotan, sebagai ungkapan sukacita. Ritual untuk membawa tulang belulang
ke tempat yang baru yaitu Tugu yang baru dibangun.
Usai menjalani ritual
mangokal holi, dengan memasukkan tulang belulang leluhur ke tempat persemayaman
yang baru, pesta akan kembali berlanjut. Huda debata, atau kuda Tuhan, akhirnya
dipotong, disajikan kepada para tamu undangan.
Bagian kepala, dan
buntut untuk hula-hula. Satu paha kuda untuk tuan rumah, sedangkan bagian perut
dan daging di bagian leher kuda untuk pihak boru. Bagian yang tidak bertulang
lainnya untuk disantap bersama. Masakan orang Batak, yaitu saksang, mempunyai
kekhasan sendiri, karena daging yang diolah harus dicampur dengan darah.
Kurang Lebih begitulah
ritual dalam acara Mangokal Holi dalam suku Batak. Kalau ada yang kurang atau
lebih,saya harapkan saran dan masukan para tulang,amang boru,lae,ito yang
bersuku Batak Toba untuk melengkapi tulisan ini.
3. HAKEKAT DAN MAKNA UPACARA ADAT BATAK
Sinkretisme dalam kehidupan orang-orang Batak
didasarkan pada pemahaman, bahwa upacara adat itu hanya merupakan suatu
kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur. Karena itu keberadaannya perlu
dilestarikan dengan cara menyingkirkan beberapa hal yang dinilai me ngandung
unsur Hasipelebeguon seperti: perdukunan (Hadatuon), kesurupan (siar-siaran),
pembuatan patung-patung (gana-ganaan), jimat (parsimboraon), menyembah setan
(mamele begu) dan hal-hal lainnya. Hasipelebeguon itu hanya sebagian dari
bentuk tipuan yang dimainkan oleh iblis. Di luar itu, masih banyak lagi bentuk
hasipelebeguon lain yang sangat dibenci oleh Tuhan. Hasipelebeguon itu
mengambil bentuk yang lebih halus, sehingga sekilas bisa dianggap tidak
bertentangan dengan Firman Tuhan.
Kita tidak pernah mengajukan pertanyaan yang
lebih mendalam terhadap upacara adat: tentang hakikat, makna, dan tujuan dari
upacara adat itu sebenarnya. Kita tidak pernah bertanya, apakah arti keberadaan
upacara itu bagi leluhur yang hidup pada masa sebelum Injil tiba di tanah
Batak. Apakah benar bahwa upacara itu sungguh-sungguh tidak bertentangan dengan
Firman Tuhan? Apakah layak sebagai pengikut Kristus kita terlibat di dalamnya?
Kita berpikir, karena hampir semua orang telah melakukannya, maka tidak ada
sesuatupun yang salah. Bahkan hampir semua pemimpin umat Tuhan terlibat dalam
aktivitas itu. Kita juga beranggapan, bahwa identitas baru sebagai seorang
Batak pengikut Yesus tetap didasarkan pada nilai-nilai yang dianut oleh leluhur
yang hidup dizaman Hasipelebeguon. Kita telah menjadi orang Kristen yang
kompromis dan permisif, seperti ungkapan Batak yang mengatakan: “Eme na masak
digagat ursa, aha na masa ima na taula”.
Sinkretisme dalam kekristenan Batak dihasilkan
oleh cara berpikir parsial, yang melihat upacara adat hanya sebagai unsur dari
kebudayaan Batak yang terpisah dari unsur-unsur budaya lainnya, seperti:
religi, kesenian, hukum, dan lainnya. Pandangan parsial merupakan suatu pola
pikir yang menguasai pemikiran orang Eropa pada abad 19. Mereka memisahkan
antara religi dengan berbagai unsur kebudayaan lainnya, seperti politik,
ekonomi, sosial, hukum, dan lain-lain. Pemikiran yang demikianlah yang
digunakan Missionaris untuk menilai kebudayaan Batak. Kebudayaan Batak dinilai
dari sudut pandang orang Eropa, bukan dari sudut pandang orang Batak itu
sendiri.
Pendekatan antropologi memberikan pemahaman
lebih menyeluruh (holistik) tentang upacara adat. Pendekatan ini memandang
upacara adat tidak hanya sebagai aktivitas sosial yang berdiri sendiri, tetapi
berupaya menggambarkan segala nilai, ide, gagasan, paradigma, norma, dan kuasa
roh yang ada dibelakangnya. Sehingga dapat digambarkan aktivitas itu sebagaimana
yang dilihat oleh masyarakat pelaku budaya itu sendiri.
Penelitian antropologi memperlihatkan bahwa
masyarakat Batak bersifat religius. Artinya, seluruh unsur kebudayaannya
dipengaruhi dan dibentuk oleh keyakinan religi leluhur. Religi yang dimaksud
adalah “agama Batak” atau Hasipelebeguon. Segala upacara adat didasarkan atas
ide, gagasan, nilai, paradigma, ajaran dan kuasa dari roh sembahan leluhur.
Jadi, upacara adat bukan sekedar tradisi leluhur, melainkan rangkaian ritual
agama Batak yang diajarkan kepada keturunannya.
Melalui upacara adat itu, para leluhur
berupaya mengatasi berbagai bahaya yang mengancam kehidupannya dan menjamin
berkat (pasu-pasu) dari para roh yang menjadi sembahan mereka. Religi Batak
mengenal nama dewa yang diyakini sebagai dewa tertinggi yang dipanggil dengan
Ompu Mulajadi Nabolon atau Debata Mulajadi Nabolon. Disamping itu dikenal juga
beberapa dewa lainnya yang bernama: Batara Guru, Mangala Bulan, Mangala Sori,
Debata Asiasi, Boraspati Ni Tano, Boru Saniang Naga, roh-roh para leluhur dan
berbagai macam jenis begu lainnya. Seluruh roh sembahan ini dimanfaatkan untuk
melindungi mereka dari berbagai bentuk bahaya dan malapetaka, dan menjamin
tercapainya kekayaan (hamoraon), kemuliaan (hasangapon), dan keberhasilan hidup
(hagabeon).
Dengan menyebut upacara “agama Batak” dengan
istilah “tradisi warisan leluhur” atau “adat”, maka Iblis berhasil memperdaya
banyak orang Kristen, dengan membutakan mata rohaninya dari segala jerat
kelicikan Iblis yang di-sembunyikan di dalam upacara itu. Hal itu lebih
dimungkinkan lagi karena kita tidak pernah bertanya lebih dalam tentang apakah
sesungguhnya yang diwariskan oleh leluhur itu. Kita menerima begitu saja
keberadaan upacara adat itu. Orang Batak lebih cenderung memahami detail dan urutan
pelaksanaan upacara adat. Pembahasan tentang kedua unsur ini bisa memunculkan
suatu debat yang sengit dan panas. Tetapi sangat jarang dijumpai orang Batak,
yang mengerti makna rohani dari upacara itu, dan yang mempertanyakan tentang
prinsip-prinsip yang ada dibelakang upacara itu.
4.
KEKURANGAN DAN KELEBIHHAN ORANG BATAK
Batak adalah suku yang ada dinumi
khatulistiwa ini. Suku
bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah : Batak Toba, Batak Karo, Batak
Mandailing, Batak Pakpak, Batak Simalungun dan Batak Angkola. Mayoritas orang
Batak beragama Kristen. Ras Batak yang banyak beragama Islam adalah Batak
Mandailing dan Batak Angkola. Ini disebabkan karena pada awal abad ke 19 semasa
Perang Paderi pasukan Minangkabau menyerang Tanah Batak dan melakukan pengislaman
besar-besaran atas masyarakat Mandailing dan Angkola
Seperti layaknya suku
bangsa lain di tanah air yang kaya raya ini, orang Batak pun memiliki kelebihan
dan kekurangan. Meskipun kelebihan dan kekurangan ini sifatnya relatif.
Tergantung dari sudut pandang mana kita mau melihatnya. Para penekun kejernihan mengatakan
jika anda cukup baik maka yang burukpun bisa terlihat baik.
Kekurangan kalau boleh
dikatakan seperti itu yang sering kita lihat pada diri orang Batak adalah
sifatnya yang cenderung kasar, temperamental dan untuk sebagian orang kurang
santun. Banyaknya profesi copet yang dijalani oleh sebagian kecil orang Batak
juga membuat citra negatif pada suku yang konon berasal dari pulau Formosa ini.
Orang Batak juga cenderung sulit mengontrol emosi dan tak jarang mengeluarkan
kata-kata kasar atau kalau istilah orang Medan “cakap kotor”.
Orang batak itu adalah
orang dengan sikap yang spontan. Jika mereka tidak suka, maka mereka akan
berkata secara langsung walaupun itu menyakitkan untuk didengar. Mereka seperti
itu memiliki maksud baik agar orang yang ditegur itu tidak melakukan tindakan
yang ceroboh atau pun yang tidak mengenakkan. Mereka juga sering mengeluarkan
kritikan pedas tapi bermaksud untuk membangun bukan untuk menghancurkan
karakter seseorang.
Kebiasaan orang Batak
berjudi di terminal-terminal juga melekatkan citra kurang baik pada suku yang
sebagian kecil masih menganut agama Malim dan menganut kepercayaan animisme
[Sipelebegu, Parbegu] ini. Sampai-sampai ada yang menulis pada sebuah blog untuk
menjauhi dan jangan kawin dengan orang Batak. Suatu anjuran yang sama sekali
tidak bijak. Apapun yang kita lihat dan dengar kita tidak bisa
men-generalisasikan suatu suku bangsa [suku apapun itu].
Disamping kekurangan-kekurangan yang sudah
tersaji diatas, orang Batak juga memiliki banyak sekali kelebihan yang patut
mereka banggakan. Salah satunya adalah sistem kekerabatan mereka yang begitu
kuat kemanapun mereka pergi selalu ada perkumpulan orang-orang Batak. Tarombo
adalah kelebihan lain dari orang Batak. Tarombo adalah pemikiran hebat dari
para raja-raja Batak terdahulu. Mereka berpikir agar kelak anak cucu dari
keturunan-keturunannya tidak putus rantai persaudaraan dan dapat mengenal serta
mengetahui dengan baik dari mana mereka berasal.
Salah satunya adalah
sistem kekerabatan mereka yang begitu kuat kemanapun mereka pergi selalu ada
perkumpulan orang-orang Batak. Tarombo adalah kelebihan lain dari orang Batak.
Tarombo adalah pemikiran hebat dari para raja-raja Batak terdahulu. Mereka
berpikir agar kelak anak cucu dari keturunan-keturunannya tidak putus rantai
persaudaraan dan dapat mengenal serta mengetahui dengan baik dari mana mereka
berasal. Tarombo ini mempunyai silsilah raja-raja pertama sampai sekarang.
Jujur,
terus terang, terbuka dan tidak bertele-tele serta berbelit-belit adalah sisi
positif lainnya dari orang Batak. Anak bagi orang Batak adalah kekayaan yang
amat berharga “Anakhon hi do hamoran di au”. Sifat pekerja keras dan tegar
pendirian diaplikasikan para inang-inang untuk bersusah payah dan jungkir balik
agar anak-anaknya dapat bersekolah tinggi. Konon etnis Batak adalah etnis
dengan tingkat pendidikan tertinggi.
1. Pekerja keras dan pantang menyerah.
Orang batak adalah komunitas yang menganut prinsip kerja keras
dalam menjalani kehidupan. Walaupun sesusah apa kehidupan, mereka akan selalu
bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidup dan juga keluarga mereka.
Rata-rata orang batak yang dijumpai adalah orang batak dengan sikap pekerja
keras dan mereka akan mencoba terus walaupun mereka sudah gagal. Jadi ini
adalah salah satu point plus orang batak.
2. Orang batak adalah orang yang ditanamkan sikap sebagai pemenang
Orang batak sangat memperhatikan sikap ini. Mereka sudah didik
dari awal agar mampu menjadi orang yang memiliki keunggulan walaupun dalam
keadaan susah sama sekali. Tak jarang kita temukan orang batak yang sukses
dengan berbagai gelar yang mereka raih selama hidupnya.
3. Orang batak itu adalah orang yang ramah
Sebenarnya orang batak itu adalah orang yang ramah, walaupun gaya
berbicaranya seolah-olah marah., padahal tidak demikian. Jadi, jangan salah
tanggapan jika bertemu dengan orang batak. Mereka adalah orang yang ramah dan
menjunjung tinggi adat istiadat dalam kehidupan mereka.
4. Bersikap tegas adalah kesukaan orang batak
Dibalik dari gaya bicara orang batak yang kasar dalam
penyampaiannya, tapi mereka itu suka bersikap tegas. Mereka tidak ingin
bertele-tele dalam menjawab atau memberikan penjelasan. Jika bertele-tele dan
tidak tegas, maka mereka akan marah.
5. Tidak ingin menyia-nyiakan usaha yang sudah dilakukan.
Nah, kalau ini adalah sikap yang dianut oleh orang batak. Mulai
dari dulu hingga saat ini masih dipegang teguh. Mereka mencoba memberikan yang
terbaik bagi orang lain dan terutama bagi kedua orang tua yang sudah membesarkan
mereka.
0 komentar:
Post a Comment
Mau Berkomentar???
Berkomentarlah Yang Sopan Dan Relevan
Dilarang Nyepam Disini, Termasuk Link hidup
Dan Berkomentarlah sesui judul.
Terimakasih!